Diserang Usai Kritik Anies Baswedan, TGB Jawab Tudingan Disebut Ulama Penjilat



Setelah memberikan tanggapan atas pidato politik Anies Baswedan yang membandingkan pembangunan jalan era Presiden SBY dan Jokowi, TGB Muhammad Zainul Majdi mendapat banyak komentar miring.


Bukan berdiskusi tentang gagasan pembangunan yang ditanggapi, banyak pihak justru menyerang TGB secara pribadi.


Tidak sedikit netizen yang balik menuduhnya sebagai ulama penjilat dan mengungkit-ungkit kasus divestasi saham PT Newmont.


Merespons kritik yang menyerang pribadinya, TGB Muhammad Zainul Majdi pun memberikan tanggapan.


Melalui akun Instagramnya @tuangurubajang, TGB menjelaskan, banyaknya serangan balik terhadap dirinya membuat sejumlah sahabat memintanya menghapus komentar tersebut.


Namun, TGB yang juga ketua harian DPP Partai Perindo ini, memilih tidak menghapus agar bisa menjadi cerminan bagaimana kondisi media sosial di Indonesia hari ini.


"Ada yang tanya saya, "Tuan Guru kok komentar-komentar negatif bahkan tendensius dan berbau fitnah tidak dihapus saja atau paling tidak dibatasi sebagaimana banyak tokoh publik? Saya jawabm yah biarjab saha sebagai cermin kita bahwa inilah wajah medsos kita," katanya.


TGB menjelaskan, ada dua hal yang dia perhatikan berulang-ulang dituduhkan kepada dirinya, yakni ulama penjilat dan Newmont.


Untuk tuduhan pertama (ulama penjilat), TGB menerangkan, tugas ulama adalah amar makruf nahi mungkar. Dan itu ada caranya, ilmu dan adabnya.


"Khususnya kepada pemimpin, amar makruf nahi mungkar bukan dengan teriak-teriak mengumpat di atas mimbar, namun dengan menasihati langsung sebagaimana tuntunan dalam hadis Rasul. Itu ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah," katanya.


Sementara untuk yang kedua, menurut TGB, itu merupakan tugas penegak hukum untuk melakukan proses hukum sesuai dengan kondisi objektif.


"Terkait Newmont, penyelidikan sudah dilakukan, namun karena memang tidak cukup bukti, maka tidak mungkin dipaksakan. Kalau cukup bukti, jangankan saya, beberapa menteri aktif dari partai yang berkuasa bahkan ketua partai juga ditindak dan dihukum," katanya.


Meski demikian, TGB mengaku memaklumi jika masih ada pihak yang menanyakan atau menyindirnya.


"Namanya juga kebebasan berpendapat," katanya.


Tapi TGB mengingatkan, jika sampai melakukan hujatan apalagi membuat fitnah, dia meminta hati-hati karena ada UU ITE.


"Nanti bisa kena pidana. Baiknya komen seperti itu dihapus saja supaya tidak berkepanjangan," katanya.


TGB juga mengajak semua pihak tetap menjaga persaudaraan dan keutuhan bangsa Indonesia.


Beradu gagasan dan ide untuk Indonesia yang lebih baik perlu terus didorong. Bukan menyerang pribadi dengan tendensi yang hilang dari substansi perdebatan.


"Tarung gagasan, ide, rekam jejak boleh bahkan wajib agar masyarakat bisa mendapat gambaran yang utuh tentang calon pemimpinnya," katanya.


TGB juga mengingatkan, mengapresiasi tokoh favorit adalah hal wajar, mengkritisi kompetitor juga normal.


"Namun jangan berlebihan, nanti kecewa. Cukup 2019 menjadi pelajaran. Membela habis-habisan sampai gontok-gontokan ternyata yang dibela memilih bergabung untuk bersama membangun bangsa," katanya.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak